Sufisme Dulu dan Sekarang: Pembukaan ICICOMEP 2022

Salatiga—Fakultas Dakwah IAIN Salatiga yang bekerja sama dengan Yayasan Hidayah Bangsa mengadakan International Conference on Interdisciplinary Communcation, Management, Empowerment, and Psychology yang ke 2 yang dilaksanakan di Auditorium Sudent Center IAIN Salatiga pada Jum’at 10/06/2022 pagi.

Kegiatan tersebut diikuti oleh lebih dari 300 peserta dan dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Dawkah IAIN Salatiga Dr. Mukti Ali, M.Hum. pada kesempatan itu Mukti Ali menyampaikan bahwa, meningkatkan kesadaran pada mahasiswa tentang pentingnya keberagaman. Lebih lanjut disampaikannya bahwa, menurutnya “Melalui tangan panjang jurnal INJECT, IMEJ, dan IJIP nya akan mencoba merefresh konsep sufi itu ke dalam perspektif komunikasi, pemberdayaan, dan psikologi ke dalam seminar internasional bertajuk “beyond Sufism in communication, empowerment dan psychology”

Dekan Fakutlas Dakwah saat menyamapaikan sambutan

Sebelum narasumber menyampaikan materinya, Prof. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag sebagai keynote speaker menyampaikan bahwa praktik sufi tidak hanya bisa diasumsikan sebagai ibadah zuhud dan zikir dalam pengertian ritual. Dalam kondisi modern dan era teknologi kini, praktik sufi pun masih relevan dan bahkan sangat diperlukan, dengan catatan bahwa pengertiannya tidak sesempit yang dipahami sementara orang (mengasingkan diri dari komunikasi massa). “Tetapi ia harus dijabarkan dalam arti yang kontekstual. Oleh sebab itu, mendekatkan diri dan meminta pertolongan kepada Allah (isti’anah dan istighatsah), tetap relevan dan satu keharusan agar memperoleh hidup sehat dan layak: jiwa yang seimbang, pribadi yang luhur dan hati yang tenang. Di sinilah makna sufisme itu: mengedapankan nilai ajaran agama, spiritualitas dan aspek esoteris yang menjadi benteng kepribadian, supaya terhindar dari hiruk pikuk materialisme dan hedonisme, terutama dalam kehidupan global yang penuh tantangan ini”. Papar Kepala Lembaga Penjaminan Mutu IAIN Salatiga.

Keynote Speech dari Ketua LPM IAIN Salatiga

Konteks sufisme yang kekinian berawal dari sejarah panjang kelompok sufi yang dijelaskan oleh Dr. Christoper M. Jall. Menurutnya bahwa Agama Islam merupakan agama yang tersebar luas di seluruh penjurudunia, baik menjadi agama mayoritas ataupun hanya minoritas. Sebut saja di Asia Tenggara, beberapa negara di kawasan ini pun menjadikan Islam sebagai agamamayoritas dan minoritas. “Di Thailand, agama Islam menjadi agama minoritas,karena mayoritas penduduk Thailand merupakan pemeluk agama Budha.Pemeluk agama Islam di Thailand sebagian besar berdomisili di bagianselatan Thailand, seperti Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya. Yangdalam sejarahnya merupakan merupakan bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani.Di Thailand, agama islam merupakan agama minoritas yang menduduki urutankedua agama terbesar setelah Budha Para ahli sejarah mengungkapkan bahwa ada beberapa teori tentang awal masuknya Islam di Thailad. Namun inti yang dapat disampaikan adalah Jika kita ingin melihat muslim Thailand itu bagaimana, kita bisa melihat muslim di Indonesia karena Muslim disana berakar dari muslim disini”. Terangnya kepada peserta seminar.

Implementasi sufi tersebut dapat dilakukan juga dalam dunia pendidikan. Menurut Dr. Robert Jhon Pope M.Pd.I bahwa Pendidikan Islam harus berkembang untuk mempersiapkan masyarakat multikultural. Pendidikan multikultural merupakan proses pendidikan yang komprehensif dan mendasar bagi semua peserta didik. Jenis pendidikan ini menentang segala bentuk rasisme dan segala bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat dengan menerima dan mengafirmasi pluralitas yang tereflekasikan di antara peserta didik, komunitas mereka dan guru-guru. “Sekarang tidak hanya pendidikan pada tujuan menghafal, tetapi jauh lebih dari itu kurikulum Agama Islam harus mengajarkan atau bertujuan untuk tidak hanya membandingkan dengan agama lain tetapi juga untuk menghasilkan generasi yang produktif dan kreatif. Pelajar harus berfikir secara observatif, kritis, dan menganalisa. Kesadaran akan keberagaman adalah hal yang perlu ditekankan. Belajar secara obyektif, tanpa rasa diskriminasi, siap belajar kepada setiap kejadian. Pendidikan tidak hanya menyentuh kognitif tetapi harus menyentuh hati”. Ungkapnya.

Selain seminar internasional, dalam ICICOMEP 2022 ini, Fakultas Dawkah juga mengundang para akademisi dan peneliti, serta mahasiswa untuk bisa ikut berpartisipasi pada ajang Call for Papper. Paper terpilih akan diapresisasi dengan publikasi melalui jurnal INJECT, IMEJ atau IJIP, sesuai dengan skope keilmuan makalah yang diajukan. Ketiga jurnal itu, 2 (dua) jurnal sudah terakreditasi tingkat nasional (sinta) dan 1 (satu) lainnya dalam proses pengajuan.